Jumat, 30 April 2010

KEKERASAN DAN BUDAYA KASIH

1. Rupa-Rupa Dimensi Kekerasan

a. Kekerasan Psikologis

Kita tidak boleh terbelenggu untuk mengerti kekerasan hanya dari segi fisik. Ada banyak kekerasan psikologis pada manusia. Tidak hanya pemukulan, cidera dan pembunuhan yang menimbulkan penderitaan somatik manusia melainkan juga kekerasan psikologis seperti kebohongan sistematis, indoktrinasi, terror belaka, ancaman-ancaman langsung atau tidak langsung yang melahirkan ketakutan dan rasa tidak aman.

b. Kekerasan Lewat Imbalan

Seseorang dipengaruhi dengan memberi imbalan. Orang yang mendapatkan imbalan mengalami kenikmatan atau euphoria.

c. Kekerasan Tidak Langsung

Contoh: melempar batu kerumah orang dan uji coba bomb atau nuklir.

d. Kekerasan Tersamar

Jika tidak ada pelaku, kekerasan itu disebut kekerasan tersamar atau kekerasan struktural. kondisi kekerasan struktural yang kita temukan sering juga digelar sebagai "ketidakadilan sosial".

e. Kekerasan Yang Tidak Disengaja

Kekerasan itu sengaja atau tidak sengaja, tetap sebuah kekerasan bagi si korban. kekerasan yang tidak sengaja sering dihubungkan dengan kekerasan struktural.

f. Kekerasan tersembunyi atau Laten

Kekerasan tersembunyi dapat saja sewaktu-waktu meledak atau menunggu "bomb waktu". Contoh: sistem-sistem yang mengendalikan atau membelenggu kehidupan banyak orang seperti feodalisme, fundamentalisme, dan fanatisme.

2. Wajah-wajah kekerasan

Wajah-wajah kekerasan ini ternyata tidak hanya ditemukan diwilayah yang masuk dalam kategori "High Conflict Area" seperti Aceh, Papua, Maluku, Poso dan Ambon, melainkan juga ditemukan diwilayah-wilayah yang dikenal sebagai "Non-conflict Area" seperti Lampung.

a. Kekerasan Sosial

Adalah situasi diskriminatif yang mengucilkan sekelompok orang agar tanah atau harta milik mereka dapat dijarah dengan alasan "pembangunan negara".

b. Kekerasan Cultural

Terjadi karena ada pelecehan, penghancuran nilai-nilai budaya minoritas demi hegemoni penguasa. Kekerasan cultural sangat mengandaikan "Stereotyp" dan "prasangka-prasangka kultural".

c. Kekerasan Etnis

Berupa pengusiran atau pembersihan sebuah etnis karena ada ketakutan menjadi bahaya atau ancaman bagi kelompok tertentu.

d. Kekerasan Keagamaan

Terjadi ketika ada "fanatisme, fundamentalisme dan eksklusivme" yang melihat agama lain sebagai musuh. Kekerasan atas nama agama ini umumnya dipicu oleh pandangan agama yang sempit atau absolut. Kekerasan atas nama agama sering berpijak pada genderang perang: "Allah harus dibela oleh manusia".

e. Kekerasan Gender

Adalah situasi dimana hak-hak perempuan dilecehkan. budaya patriarki dihayati sebagai peluang untuk tidak atau kurang memperhitungkan peranan perempuan. Kultur pria atau budaya maskulin sangat dominan dan kebangkitan wanita dianggap aneh dan mengada-ada. Perkosan terhadap hak perempuan dilakuakan secara terpola dan sistematis.

f. Kekerasan Politik

Adalah kekerasan yang terjadi dengan paradikme "pilitik adalah panglima". demokratisasi adalah sebuah proses seperti yang didektekan oleh penguasa. ada ekonomi, manajemen, dan agama versi penguasa. Karena politik adalah panglima maka paradikma politik harus diamankan lewat pendekatan keamanan.

g. kekerasan militer

Kekerasan militer berdampingan dengan kekerasan politik. Kekerasan terjadi karena ada militerisasi semua bidang kehidupan masyarakat. Cara pandang dan tata nilai militer merusak sistem sosial masyarakat. Dalam jenis kekerasn ini terjai banyak sekali hal-hal seperti: pembredelan pers, larangan berkumpul, dan litsus sistematik.

h. Kekerasan tehadap anak-anak

Anak-anak dibawah umur dipaksa bekerja denan jaminan sangat rendah sebagai pekerja murah. Prostitusi anak-anak tidak ditanggapi aneh karena dilihat sebagai sumber nafkah bagi keluarga.

i. Kekerasan ekonomis

Kekerasan ekonomis paling nyata ketika masyarakat yang sudah tidak berdaya secara ekonomi diperlakukan dengan tidak manusiawi.

j. Kekerasan Lingkungan Hidup

Sebuah tindakan yang melihat dunia dengan sebuah tafsiran eksploitatif bumi manusia tidak dilihat lagi secara akrab dan demi kehidupan manusia itu sendiri.

0 komentar: