Jumat, 02 April 2010

HIV/AIDS

Sebenarnya Free Sex, Narkoba, HIV-AIDS merupakan dampak dari berbagai persoalan yang dihadapi (persoalan prbadi, keluarga) yang akhirnya mambawa seseorang pada penyalahgunaan-penyalahgunaan.

Di sisi lain baik pergaulan bebas (free sex, narkoba, HIV-AIDS merupakan tawaran yang sudah merupakan satu mata rantai lingkaran setan yang menggerogoti kehidupan kaum muda pada khsususnya Kendati fenoeman gawat ini seakan menjadi Rekan setia, seperti kita ketahui bersama bahwa setiap 1 Desember kita selalu diperingati sebagai hari AIDS sedunia.

Data-data terakhir yang muncul mengenai perkembangan penderita HIV maupun AIDS di dunia khususnya di Tanah Papua ini sangat menyentak kita. Lebih menyentak lagi memperhatikan bahwa Kabupaten Paniai merupakan salah satu Kabupaten yang perkembangannya sangat cepat dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Hal ini merupakan momok dan harus ditangani secara serius.

Terkait dengan hal ini wartawan papuapos nabire, berhasil mewawancarai Ketua KPAD Kab Paniai, Dr Roby Kayame, diruang kerjanya, jumat (14/12) pakan lalu di madi. Berikut patikan wawancaranya :

Dokter, sebelum kita masuk lebih jauh dalam substansi, bisa Dokter jelaskan mengenai fenomena pergaulan bebas, narkoba, serta AIDS itu sendiri dari sudut pandang medis?

“Ya, Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship).

Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskrriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya, serta norma bermsayarakat.

Jadi, kalau secara medis kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses seperti saat ini. Begitupun dengan narkoba, narkotika dan obat-obatan berbahaya adalah suatu kemajuan dalam bidang medis yang dicapai oleh manusia yang ditujukan untuk membantu manusia dalam aspek medis. Jadi jika narkoba dipakai diluar aspek medis, itu adalah suatu pelanggaran hukum atau norma yang sebenarnya.



Apa bedanya HIV dengan AIDS?

AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome atau kumpulan gejala atau sindroma akibat dari kekurangan sistem kekebalan tubuh. Sedangkan HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, jadi HIV adalah virus yang menginfeksi manusia dan menyebabkan AIDS. Jadi AIDS merupakan suatu fase dari infeksi HIV.

Baik, kembali ke fenomena perkembangan jumlah penderita Dok. Sejauh ini berapa banyak penderita HIV dan AIDS di Kabupaten Paniai?

Bicara mengenai jumlah penderita AIDS atau HIV positif adalah suatu hal yang gampang-gampang susah, tetapi yang pasti dari akhir tahun 2007 ini angkanya meningkat dengan drastis. Diperkirakan oleh KPd Paniai penderita HIV-AIDS di Paniai antara 300 – 600 orang, kalau data otentik yang selama ini kami (KPAD Paniai,red) rampung adalah HIV 267 dan AID 139 orang derita yang ada di paniai.

Dari jumlah tersebut, apakah dapat diidentifikasi kategorisasinya, misalnya dari segi umur, jenis pekerjaan, cara terinfeksi, dan kategori lain?

Penderita HIV-AIDS secara nasional memiliki pola dimana lelaki lebih banyak menderita penyakit ini dibandingkan dengan perempuan. Di Paniai, penularannya lebih banyak melalui aktivitas seksual bebas.



Baik Dokter, dari sudut pandang orang awam dan medis, apakah ada dampak positif dari suatu pergaulan bebas?

Kembali lagi, kalau kita berpegang pada hakikat pergaulan yang sesungguhnya, tentunya pergaulan bebas itu ada dampak positifnya bila mengikuti rambu-rambu norma hukum, agama, budaya dan masyarakat, yang dianut oleh setiap kelompok masyarakat. Dengan bergaul secara bebas tapi taat norma, setiap individu dapat belajar untuk mandiri, mengetahui kelebihan dan kekurangan, mendewasakan secara psikis, mental dan masih banyak lagi manfaat positif lainnya.

Selain itu, pada kesempatan yang berbeda media ini mewawancarai, Sala seorang Guru Agama di SD YPPK St.Fransiskus Asisi Epouto, Esau Tekege, menyangkut bagimana pandang gereja terhadap pergaulan bebas dan narkoba serta AIDS.berikut Petikannya:

Bagaimana sih gereja memandang pergaulan bebas dan narkoba serta AIDS ini?

Untuk memperjelas masalah pergaulan bebas, kita perlu melihat per kasus dan dampaknya bagi perkembangan hidup kaum muda itu sendiri. Kalau pergaulan bebas menyangkut masalah free seks dan pada akhirnya mengarah pada tindak kejahatan yang lain seperti Narkoba, HIV-AIDS, miras dan lainnya; maka Gereja memandang hal itu sebagai sebuah tindakan immoral yang merupakan dampak dari berbagai krisis sosial ekonomi yang dialami bangsa.

Mengapa di sebut sebagai tindakan immoral, karena kapasitasnya sebagai manusia utuh dan yang bermartabat (dalam hal ini sebagai Kaum Muda yang adalah Genereasi penerus bangsa dan Gereja) direndahkan bahkan dilecehkan dengan tindakan atau sikapnya yang melanggar norma moral dan iman.

Untuk AIDS sendiri, Gereja memandangnya sebagai masalah yang mengancam segala aspek kehidupan baik individu maupun sebagai anggota manusia sedunia. Bagi Gereja AIDS bukanlah masalah kesehatan semata, melainkan juga masalah moral, hubungan sosial, ekonomi, etika, hukum dan lain-lain.

Gereja memandang bahwa HIV-AIDS dan Narkoba merupakan kejahatan sosial baru yang merupakan dampak dari situasi bangsa yang berada dalam lingkaran kemiskinan. Singkatnya baik free sex, Narkoba dan AIDS merupakan tindakan penyalahgunaan yang bertentangan dengan nilai-nilai iman dan moral.

Bisa mungkin Bapak ceritakan, apa saja usaha-usaha yang telah dan/atau akan Gereja Katolik lakukan untuk meminimalisir dan mencegah perkembangan AIDS ini?

Pertama-tama saya mau mengatakan katakan bahwa Gereja tidak mempunya solusi yang tepat dalam proses pencegahan AIDS (karena AIDS menyangkut banyak aspek), tetapi lebih memberikan anjuran dan pesan moral untuk membuka sebuah cakrawala baru mengenai masalah tersebut bagi pendampingan keluarga, kaum muda semua umat beriman.

Usaha-usaha yang telah (menurut pengamatan saya pribadi) Gereja malakukan seminar-seminar seputar HIV-AIDS, Narkoba dan dampaknya bagi kesehatan dan kehidupan manusia. Langkah yang lainnya adalah mengajak seluruh komponen, terutama keluaraga-keluaraga, kaum muda untuk mampu bertanggung jawab atas perilakunay dan sadar akan martabatnya sebagai ciptaan Tuhan yang sangat dicintai oleh-Nya.

Maka dari itu bagi Gereja sebagaimana yang diserukan oleh Almarhum Paus Yohanes Paulus II, upaya HIV-AIDS senantiasa melalui penyebaran informasi yang lengkap dan berlandaskan pada nilai-nilai positif kepada setiap insan khususnya kaum muda agar dapat terjadi perubahan sikap dan cara hidup yang baru sesuai dengan martabatnya sebagai manusia.

Bagi mereka yang tertular AIDS, Gereja juga tidak menutup mata, melainkan mendoakan mereka dan memperhatikan serta merangkul mereka dengan penuh cinta kasih sebagai makhluk yang bermartabat.

Bagaimana peran keluarga dalam hal ini? Yang jelas peran keluarga khususnya orang tua adalah berkewajiban mendidik ana-anak agar mereka berperilaku penuh tanggung jawab, termasuk perilaku seksual. Keluarga-keluarga hendaknya menciptakan suatu lingkungan yang kondusif, harmonis, simpatik dan empathy bagi bertumbuhnya nilai-nilai iman dan moral dalam keluarga.

Peranan keluarga yang lainnya adala memberikan informasi yang tepat kepada anak-anak, dan mendidik mereka agar sedini mungkin mampu mengambil keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Setelah kita mengetahui fakta-fakta bahwa betapa pesatnya pertumbuhan pengidap HIV dan penderita AIDS dewasa ini dan telah mencapai suatu angka yang sangat mengkhawatirkan dan sebagian besar muncul akibat sex bebas serta lebih jauh lagi si pengidap sebagian besar merupakan kalangan muda yang produktif dan atau yang diharapkan akan produktif, apa kira-kira yang harus kita sebagai umat Katolik, serta Gereja Katolik harus lakukan pada masa-masa mendatang ini untuk mencegah lajunya perkembangan yang mengkhawatirkan ini pak Guru?

“Masalah-masalah yang sudah dibahas di atas, sebenarnya merupakan dampak dari berbagai persoalan yang dihadapi (persoalan prbadi, keluarga) yang akhirnya mambawa seseorang pada penyalahgunaan-penyalahgunaan. Di sisi lain baik pergaulan bebas (free sex, narkoba, HIV-AIDS merupakan tawaran yang sudah merupakan satu mata rantai lingkaran setan yang menggerogoti kehidupan kaum muda pada khsususnya.

Untuk itu menurut saya; usaha yang bisa kita lakukan adalah memberikan informasi postitp (tidak menakut-nakuti) yang lengkap mengenai permaslaahan-permasalahan dan dampaknya bagi kehidupan manusia serta memberikan pendampingan (keterlibatan dalam satu organisasi), kunjungan.

Pendampingan dan kunjungan ini lebih menyangkut nilai-nilai iman dan moral yang hendak kita sampaikan untuk membuka wawasan bagi mereka agar mampu mengubah cara pandang mereka dan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab atas tawaran-tawaran di atas.

Bagimana upaya selancutnya Pak?

Saya pernah membaca kisah hidup Santo Yohanes Bosco, hari rayanya tanggal 31 Januari, dimana beliau berjuang untuk membantu memberdayakan kaum muda di Italia pada masanya dengan menggunakan gereja sebagai pusat doa dan karya bagi kaum muda.

Saya dibesarkan secara moral dan spiritual di lingkungan gereja saya, Setiap umat Katolik jika mau bercermin pada kaidah-kaidah atau norma-norma ajaran Katolik dan bertingkah laku menurut aturan itu serta lingkungan Parokinya, saya yakin Gereja Katolik dapat menjawab tantangan pergaulan bebas yang marak dan infeksi HIV-AIDS yang merajalela saat ini

0 komentar: